“ANTIHISTAMIN”
Antihistamin
merupakan jenis obat yang dapat dipakai untuk mengatasi berbagai macam jenis
alergi. Misalnya, alergi pada makanan, serbuk sari serta serangga, alergi
kulit, alergi mata dan lainnya. Obat ini hanya bisa mengurangi reaksi yang
ditimbulkan oleh alergi. Antihistamin tidak dapat membebaskan Anda dari jeratan
alergi yang telah mendarah daging di tubuh.
Antihistamin
bekerja dengan cara memblokir zat histamin yang diproduksi tubuh. Sebenarnya
zat histamin berfungsi melawan virus atau bakteri yang masuk ke tubuh. Ketika
histamin melakukan perlawanan, tubuh akan mengalami peradangan. Namun pada
orang yang mengalami alergi, kinerja histamin menjadi kacau karena zat kimia
ini tidak lagi bisa membedakan objek yang berbahaya dan objek yang tidak
berbahaya bagi tubuh, misalnya debu, bulu binatang, atau makanan. Alhasil,
tubuh tetap mengalami peradangan atau reaksi alergi ketika objek tidak
berbahaya itu masuk ke tubuh.
Jenis-jenis
Antihistamin
Ada dua jenis antihistamin, yaitu antihistamin generasi pertama dan
generasi kedua.
o Antihistamin generasi pertama, jenis ini memiliki
efek menenangkan. Ketika diminum, ada efek samping umum yang dirasakan seperti
mengantuk, pusing, konstipasi, mulut kering, gangguan dalam berpikir,
penglihatan buram dan sulit mengosongkan kandung kemih. yang dapat
menyebabkan rasa kantuk setelah digunakan.
Contoh obat antihistamin generasi pertama adalah chlorphenamine,
promethazine, ketotifen, alimemazine, cyproheptadine, hydroxyzine, dan
clemastine.
o Antihistamin generasi kedua tidak terlalu menimbulkan
rasa kantuk. Jenis ini tidak memiliki efek penenang. Ketika diminum, efek
mengantuk tidak akan sebesar obat generasi pertama. Antihistamin generasi kedua
memiliki efek samping yang lebih sedikit ketimbang generasi pertama. Efek
sampingnya yaitu mulut kering, sakit kepala, hidung kering, dan merasa mual.
Contoh obat antihistamin generasi kedua adalah loratadine, fexofenadine,
cetirizine, mizolastine, desloratadine, acrivastine, dan levocetirizine.
Antihistamin
adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan kerja histamin dalam tubuh
melalui mekanisme penghambatan bersaing pada sisi reseptor H1, H2 dan H3. Efek
antihistamin bukan suatu reaksi antigen-antibodi karena tidak dapat menetralkan
atau mengubah efek antihistamin yang sudah terjadi. Antihistamin pada umumnya
tidak dapat mencegah produksi histamin. Antihistamin bekerja terutama dengan
menghambat secara bersaing interaksi histamin dengan reseptor khas.
Berdasarkan hambatan
pada reseptor khas, antihistamin di bagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Antagonis H1,
di gunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi. Antagonis H1
sering pula disebut antihistamin klasik yaitu senyawa dalam keadaan rendah
dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang mengandung
resptor H1. Biasa digunakan untuk mengurangi gejala alergi karena cuaca
misalnya bersin, gatal pada mata, hidung dan tenggorokan. Gejala pada alergi
kulit, seperti urtikaria dermatitis pruritik dan ekzem.
2. Antagonis H2
digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobatan penderita tukak
lambung. Antagonis H2 merupakan senyawa yang menghambat secara bersaing
interaksi histamin dengan reseptor H2 sehingga dapat menghambat sekresi asam
lambung. Biasa digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan usus. Efek samping
antagonis H2 antara lain : diare, nyeri otot dan kegelisahan.
3. Antagonis H3,
sampai sekarang belum digunakan untuk pengobatan, masih dalam penelitian lebih
lanjut dan kemungkinan berguna dalam pengaturan sistem kardiovaskular,
pengobatan alergi, dan kelainan mental.
Penggolongan obat
antihistamin menurut struktur kimia :
1. Derivat
etanolamin
a. Difendihidramin
memunyai daya anti kolinergis dan sedatif yang kuat juga bersifat spasmolitis,
antiemetis dan antivertigo(antipusing).
a.a. orfenadrin
memiliki daya antikolenergis dan sedtif yang ringan.
a.b. dimenhidrinat
digunakan untuk mabuk jalan dan muntah karena hamil.
a.c. klorfenoksamin
sebagai obat tambahan pada terapi penyakit parkinson.
b. klemastin
memiliki efek antihistamin yang amat kuat mulai bekerja nya cepat (beberapa
menit dan bertahan lebih dari 10 jam).
2. Derivat
etilendiamin
a. Antazolin efek
antihistaminnya tidak terlalu kuat tetapi tidak merangsang selaput lendir
sehingga cocok digunakan pada pengobatan gejala-gejala alergis pada mata dan
hidung.
a.a tripelenamin
digunakan sebagai krem
pada gatal-gatal pada alergi terhadap sinar matahari, sengatan serangga dan
lain-lain.
a.b Mepirin
derivat metoksi dari
tripilennamin yang digunakan dalam kombinasi dengan feneramin dan
fenilpropanolamin terhadap hypiper.
a.c Klemizol
adalah derivat –klor
yang hanya digunakan pada salep atau suppositoria antiwasir.
3. Derivat
provilamin
a. Feniramin
Memiliki daya kerja
antihistamin dan meredakan efek batuk yang cukup baik.
a.a Klorfeneramin
adalah derivat klor
dengan daya kerja 10x lebih kuat dan dengan derajat toksisitas yang sama.
a.b Deksklorfeneramin
Adalah bentuk
dekltronya 2x lebih kuat dari pada bentuk trasemisnya.
a.c Tripolidin
Adalah derivat dengan
rantai sisi pirolidin yang daya kerjanya agak kuat. Mulai kerjanya pesat dan
bertahan lama sampai 24jam (tablet retard).
4. Derivat
piperazin
a. Siklizin
Mulai kerja cepat dan
bertahan 4-6 jam. Digunakan sebagai obat antiemetik dan pencegah mabuk jalan.
a.a Homoklorsiklizin
Adalah derivat klor
yang bersifat antiserotonin dan digunakan pada pruritus allerigika
(gatal-gatal).
b. Sinarizin
Berkhasiat antipusing
dan antiemetis dan sering kali digunakan sebagai obat vertigo, telinga
berdesing dan pada mabuk jalan. Mulai kerjanya agak cepat, bertahan selama 6-8
jam dengan efek sedatif ringan.
b.a Flunarizin
sebagai antagonis
–kalsium, sifat vasorelaksasinya kuat. Digunakn terhadap vertigo dan sebagai
obat pencegah migrain.
c. Oksatomida
Memiliki daya kerja
antihistamin, antiserotonin, antileokotrien. Memiliki efek menstabilisasi mast
cells, stimulasi nafsu makan.
d. Hidroksizin
Sebagai sedatif dan
anksiolitis, vasmolitis serta antikolinergis. Sangat efektif pada urtikaria dan
gatal-gatal.
d.a Cetirizin
Menghambat migrasi dari
granulosit euosinofil, yang berperan pada reaksi alergi lambat. Digunakan pada
urticaria dan rinitis atau konjungtivis.
5. Derivat
fenotiazin
a. Prometazin
Digunakan pada vertigo
dan sebagai sedativum pada batuk dan sukar tidur, terutama untuk anak-anak.
a.a Oksomemazin
Digunakan untuk obat
batuk. Daya kerja dan penggunaan sama seperti prometazin.
b. Isotifendil
Bekerja lebih singkat
dari prometazin dengan efek sedatif yang lebih ringan.
6. Derivat
trisiklis lainnya
a. Sifroheptadin
Lama kerjanya 4-6 jam,
daya antikolinergisnya ringan. Untuk pasien yang nafsu makan kurang dan kurus.
b. Pizotifen
Berkhasiat antihistamin
dan antiseroton. Sebagi stimulan nafsu makan, terapi interval migrain dan
obat-obat migrain.
b.a Ketotifen
obat ini digunakan
sebagi obat pencegah serangan asam.
b.b Kloratadin
Digunakan pada rhinitis
dan konjungtivitis alergis juga pada urtikaria kronis.
c. Azelastin
Berdaya antihistamin,
antileukotrien dan antiserotonin juga menstanilisir mast cells.
REFERENSI
- Deglin,Vallerand.2005.Pedoman
Obat Untuk Perawat.jakarta:EGC
- FKUI,Bagian
Farmakologi.1995.Farmakologi dan Terapi.Edisi 4.Gaya Baru:Jakarta
- Kee,Hayes.1996.Farmakologi
Pendekatan Proses Keperawatan.Jakarta:EGC
PERTANYAAN
- Bagaiman
dosis penggunan antihistamin ?
- Kapan waktu
untuk berhenti mengkonsumsi obat ini?
- Sebutkan
peringatan dari antihistamin?
- Apakah obat
antihistamin berinteraksi dengan obat lain.
- Apakah boleh
obat antihistamin dikombinasi dengan obat lain?
- Apa perbedaan reseptor H1,H2,H3?
- Jenis
antihistamin yang mana yang bagus untuk dikonsumsi?
- Bagaimana obat antihistamin bekerja?
- Bagaimana efek samping dari obat antihistamin turunan kolamin?
- Dimanakah antihistamin
dimetabolisme
- Amankah jika digunakan terus menerus?
- Apakah berinteraksi
dengan makanan/ minuman ? berikan contohnya
- kapan waktu yang tepat berhenti mengkonsumsi
antihistamin?
- Bagaimana bioavailabilitas dari antihistamin?
- Apakah aman dikonsumsi dengan wanita menyusui dan ibu
hamil ?
saya akan menjawab pertanyaan no 2
BalasHapusPengkonsumsian obat antihistamin sudah dapat dihentikan apabila pasien sudah merasa kembali ke kondisi normal dan sehat.
Menambahkan jawaban diatas, namun dalam mengkonsumsi obat tersebut harus diawasi apoteker ataupun dokter agar dapat meminimalkan efek smping obat serta menghindari interaksi obat yg trjadii.
Hapushay nisa saya akan menjawan soal nmr 8. Antihistamin bekerja dengan cara menutup reseptor syaraf yang menimbulkan rasa gatal, iritasi saluran pernafasan, bersin, dan produksi lendir (alias ingus). Antihistamin ini ada 3 jenis, yaitu Diphenhydramine, Brompheniramine, dan Chlorpheniramine. Yang paling sering ditemukan di obat bebas di Indonesia adalah golongan klorfeniramin (biasanya dalam bentuk klorfeniramin maleat).
BalasHapusAntihistamin menghambat efek histamin pada reseptor H1. Tidak menghambat pelepasan histamin, produksi antibodi, atau reaksi antigen antibodi. Kebanyakan antihistamin memiliki sifat antikolinergik dan dapat menyebabkan kostipasi, mata kering, dan penglihatan kabur. Selain itu, banyak antihistamin yang banyak sedasi. Beberapa fenotiazin mempunyai sifat antihistamin yang kuat (hidroksizin dan prometazin).
no 7. Antihistamin golongan AH2. Dikarenakan obat ini lebih bekerja secara spesisfik sehingga tidak mempunyai efek sedasi atau mengantuk seperti golongan AH1.
BalasHapussaya ingin menambahkan jwban nmr 2, biasanya utk mnghentikan obat ini diberikan dosis bertahap pengurangannya agar tubuh tdk terkejut
BalasHapusnmr 3 dr yg saya baca yaitu Peringatan: Bagi wanita hamil atau sedang menyusui, sesuaikan jenis dan dosis antihistamin dengan anjuran dokter.
BalasHapussaya ingin menambahkan peringatan:
Hapus-Bagi wanita hamil atau sedang menyusui, sesuaikan jenis dan dosis antihistamin dengan anjuran dokter.
-Bagi anak-anak, penggunaan tiap-tiap jenis obat antihistamin berbeda-beda dan disesuaikan dengan usia.
-Harap berhati-hati bagi penderita gangguan ginjal, gangguan hati, tukak lambung, obstruksi usus, infeksi saluran kemih, pembengkakan prostat, dan glaukoma.
-Apabila Anda diresepkan obat antihistamin golongan pertama, hindari mengonsumsi zat alkohol atau minuman beralkohol karena dapat memperparah efek rasa kantuk.
-Jangan menggunakan antihistamin bersamaan dengan obat-obatan lainnya termasuk produk herba tanpa petunjuk dari dokter karena dikhawatirkan dapat menyebabkan efek samping yang membahayakan (misalnya dosis yang berubah menjadi sangat tinggi apabila kita mengonsumsi salah satu jenis antihistamin berbarengan dengan dekongestan, parasetamol, atau jenis antihistamin lainnya).
-Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis saat menggunakan suatu jenis obat antihistamin, segera temui dokter.
sedikit tambahan, antihistamin aman digunakan oleh ibu hamil namun dengan penggunaan yg benar dan dosis sesuai aturan
Hapusnmr 4 yaitu astemizol dgn ketokonazol (dan turunan azol lain), eritromisin (dan makrolid lain), kuinidin.
BalasHapusnmr 5 tentu saja bole jika tidak ada interaksi satu sama lain, sebaiknya di diskusikan kpd dokter
BalasHapusnmr 11 aman atau tidak nya suatu obat mnrt saya trgantung fisik seseorg
BalasHapusnmr 13 mnrt saya utk mnghentikan obat ini sebaiknya bs lngsg di hentikan jika sudah hilang alerginya
BalasHapusya, saya setuju dengan ana karena penggunaan antihistamin tidak digunakan sampai obat habis seperti antibiotik. Apabila gejala sudah hilang, maka penggunaan AH dapat dihentikan
Hapusya, saya juga sependapat dengan kakak-kakak, dimana jika pasien telah sembuh sebaiknya penggunaan obat antihistamin segera dihentikan
Hapusnmr 15 mnrt saya sebaiknya jgn di gunakan utk ibu hamil atau menyusui krn dpt mmberika efek smping kpd janin atau bayi
BalasHapusTubuh kita memiliki zat kimia bernama histamin. Ketika ada zat-zat berbahaya seperti virus atau bakteri masuk ke dalam tubuh, histamin akan muncul dan bereaksi melawan zat tersebut. Perlawanan histamin melawan zat berbahaya ini bisa membuat tubuh mengalami peradangan atau inflamasi.
BalasHapusNamun, jika Anda memiliki alergi, histamin tidak bisa membedakan mana zat berbahaya dan tidak. Hasilnya, ketika ada zat tidak berbahaya seperti makanan, debu, atau serbuk sari, tubuh tetap mengalami peradangan atau reaksi alergi. Beberapa contoh reaksi alergi yang terjadi seperti kulit gatal, memerah dan membengkak, pilek, bersin-bersin, mata bengkak dan lainnya.
Obat antihistamin bisa menghentikan histamin dalam memengaruhi sel tubuh untuk mengeluarkan reaksi alergi tersebut.
Biasanya, antihistamin jenis tablet dapat mulai bekerja dalam waktu setengah jam setelah diminum. Anda bisa merasakan efeknya secara maksimal setelah 1 – 2 jam dari waktu pengonsumsian.
Jika Anda memiliki alergi pada serbuk sari dari tumbuhan, ada baiknya mengonsumsi antihistamin secara rutin pada musim tumbuhnya tanaman tersebut. Cara ini lebih efektif ketimbang mengonsumsinya sesekali.
Hay annisa
BalasHapusSaya akn mncoba mnjawab prntyaan no 9 efek samping utama turunan kolamin adalah mengantuk, namun dapat juga menyebabkan mual, muntah dan mulut kering
Assalamualaikum nissa,saya akan coba menjawab pertanyaan nmbr 1. untuk dosis antihistamin tergantung obat antihistamin apa yang digunakan, karena setiap jenis obat antihistamin memiliki dosis yang berbeda-beda.
BalasHapusminsalnya penggunaan Nama obat antihistamin
Dosis
Acrivastine Dosis untuk kelompok usia 12-65 tahun adalah 8 mg sebanyak satu kali sehari. Jika diperlukan, dosis bisa ditingkatkan menjadi tiga kali sehari.
Azatadine Dosis untuk dewasa adalah 1-2 mg sebanyak dua hingga tiga kali sehari. Dosis untuk anak usia 12 tahun ke atas adalah 0,5-1 mg sebanyak dua kali sehari. Dokter akan memberi dosis untuk anak usia 4-12 tahun sesuai berat badan masing-masing pasien.
Hai annisa, berikut jawaban dari saya untuk no 3
BalasHapusperingatan
• Bagi wanita hamil atau sedang menyusui, sesuaikan jenis dan dosis antihistamin dengan anjuran dokter.
• Bagi anak-anak, penggunaan tiap-tiap jenis obat antihistamin berbeda-beda dan disesuaikan dengan usia.
• Harap berhati-hati bagi penderita gangguan ginjal, gangguan hati, tukak lambung, obstruksi usus, infeksi saluran kemih, pembengkakan prostat, dan glaukoma.
• Apabila Anda diresepkan obat antihistamin golongan pertama, hindari mengonsumsi zat alkohol atau minuman beralkohol karena dapat memperparah efek rasa kantuk.
• Jangan menggunakan antihistamin bersamaan dengan obat-obatan lainnya termasuk produk herba tanpa petunjuk dari dokter karena dikhawatirkan dapat menyebabkan efek samping yang membahayakan (misalnya dosis yang berubah menjadi sangat tinggi apabila kita mengonsumsi salah satu jenis antihistamin berbarengan dengan dekongestan, parasetamol, atau jenis antihistamin lainnya).
• Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis saat menggunakan suatu jenis obat antihistamin, segera temui dokter.
Hai annisa, berikut jawaban dari saya untuk no 3
BalasHapusperingatan
• Bagi wanita hamil atau sedang menyusui, sesuaikan jenis dan dosis antihistamin dengan anjuran dokter.
• Bagi anak-anak, penggunaan tiap-tiap jenis obat antihistamin berbeda-beda dan disesuaikan dengan usia.
• Harap berhati-hati bagi penderita gangguan ginjal, gangguan hati, tukak lambung, obstruksi usus, infeksi saluran kemih, pembengkakan prostat, dan glaukoma.
• Apabila Anda diresepkan obat antihistamin golongan pertama, hindari mengonsumsi zat alkohol atau minuman beralkohol karena dapat memperparah efek rasa kantuk.
• Jangan menggunakan antihistamin bersamaan dengan obat-obatan lainnya termasuk produk herba tanpa petunjuk dari dokter karena dikhawatirkan dapat menyebabkan efek samping yang membahayakan (misalnya dosis yang berubah menjadi sangat tinggi apabila kita mengonsumsi salah satu jenis antihistamin berbarengan dengan dekongestan, parasetamol, atau jenis antihistamin lainnya).
• Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis saat menggunakan suatu jenis obat antihistamin, segera temui dokter.
saya akan menjawab no 9 efek samping utama turunan kolamin adalah mengantuk,namun dapat juga menyebabkan mual muntah dan mulut kering
BalasHapusSaya akan mencoba menjawab pertanyaan no 2
BalasHapus11, menurut saya obat anti histamin ini tidak aman bila dikonsumSi terus menerus karena menurut literatur yang saya baca pemakaian beberapa antihistamin dalam jangka waktu lama akan meningkatkan aktivitas enzim mikrosoma hati, hal ini mengakibatkan peningkatan metabolisme antihistamin dan obat-obat lain yang di makan bersama-sama
assalamualaikum, annisa. saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 6. menurut artikel yang saya baca:
BalasHapusreseptor H1 adalah reseptor yang berperan dalamtimbulnya energi.
reseptor H2: reseptor H2 berperan dalam efek histamin terhadap sekresicairan lambung, perangsangan jantung serta relaksasi uterus tikus dan bronkus domba. beberapa jaringan seperti otot polos, pembuluh darah mempunyaikedua reseptor yaitu H1 dan H2.
reseptor H3: reseptor H3 memiliki khasiat sebagai depresan dan memperlemah kemampuan kognitif.
saya akan menambahkan jawaban no 6
Hapus1. Antagonis Reseptor Histamin H1
Secara klinis digunakan untuk mengobati alergi. Contoh obatnya adalah: difenhidramina, loratadina, desloratadina, meclizine, quetiapine (khasiat antihistamin merupakan efek samping dari obat antipsikotik ini), dan prometazina.
2. Antagonis Reseptor Histamin H2
Reseptor histamin H2 ditemukan di sel-sel parietal. Kinerjanya adalah meningkatkan sekresi asam lambung. Dengan demikian antagonis reseptor H2 (antihistamin H2) dapat digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung, serta dapat pula dimanfaatkan untuk menangani peptic ulcer dan penyakit refluks gastroesofagus. Contoh obatnya adalah simetidina, famotidina, ranitidina, nizatidina, roxatidina, dan lafutidina.
3. Antagonis Reseptor Histamin H3
Antagonis H3 memiliki khasiat sebagai stimulan dan memperkuat kemampuan kognitif. Penggunaannya sedang diteliti untuk mengobati penyakit Alzheimer's, dan schizophrenia. Contoh obatnya adalah ciproxifan, dan clobenpropit.
4. Antagonis Reseptor Histamin H4
Memiliki khasiat imunomodulator, sedang diteliti khasiatnya sebagai antiinflamasi dan analgesik. Contohnya adalah tioperamida.
Beberapa obat lainnya juga memiliki khasiat antihistamin. Contohnya adalah obat antidepresan trisiklik dan antipsikotik. Prometazina adalah obat yang awalnya ditujukan sebagai antipsikotik, namun kini digunakan sebagai antihistamin.
Senyawa-senyawa lain seperti cromoglicate dan nedocromil, mampu mencegah penglepasan histamin dengan cara menstabilkan sel mast, sehingga mencegah degranulasinya.
Hai annisa
BalasHapusTerkait pertanyaan no 1, antihistamin memiliki dosis yang berbeda tergantung penggunaannya.
Misalnya untuk obat yang banyak beredar d masyarakat yaitu Cetirizine memiliki Dosis untuk anak usia 12 tahun ke atas sampai dewasa (serta lansia yang tidak memiliki masalah pada ginjal) adalah 10 mg sebanyak satu kali sehari. Sedangkan dosis untuk anak usia 6-12 tahun adalah 5 mg sebanyak dua kali sehari.
saya akan mencobamenjawab pertanyaan no 4,
BalasHapusObat-obat simpatomimetik (dekongestan, antidepresan trisiklik, penekan nafsu makan, dan psikostimulan sejenis amfetamin) atau penghambat monoamin oksidase: meningkatkan tekanan darah. Bretilium, betanidin, guanetidin, debrisokuin, metildopa, dan obat-obat penghambat adrenergik beta dan alfa: menurunkan efek kerja obat-obat tersebut. Antibakteri furazolidon: menyebabkan penghambatan monoamin oksidase yang tergantung dari dosisnya, meningkatkan risiko terjadi krisis hipertensi. Penggunaan bersamaan dengan alkohol atau obat sedatif lainnya yang bekerja pada susunan saraf pusat: harus dihindari.
Pertanyaan no.6
BalasHapusHistamin memegang peran utama pada proses peradangan dan pada sistem daya tangkis. Kerjanya berlangsung pada 3 jenis reseptor, yakni reseptor-H1, -H2, dan H3. Reseptor H1 secara selektif diblok oleh antihistaminika (H1-blockers), reseptor-H2 oleh penghambat asam lambung (H2-blockers), dan reseptor-H3 memegang peranan penting pada regulasi tonus syaraf simpatikus.
Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Saya akan menjawab pertanyaan nomor 10
BalasHapusAntihistamin di metabolisme di hati
3. Peringatan:
BalasHapusBagi wanita hamil atau sedang menyusui, sesuaikan jenis dan dosis antihistamin dengan anjuran dokter.
Bagi anak-anak, penggunaan tiap-tiap jenis obat antihistamin berbeda-beda dan disesuaikan dengan usia.
Harap berhati-hati bagi penderita gangguan ginjal, gangguan hati, tukak lambung, obstruksi usus, infeksi saluran kemih, pembengkakan prostat, dan glaukoma.
Apabila Anda diresepkan obat antihistamin golongan pertama, hindari mengonsumsi zat alkohol atau minuman beralkohol karena dapat memperparah efek rasa kantuk.
Jangan menggunakan antihistamin bersamaan dengan obat-obatan lainnya termasuk produk herba tanpa petunjuk dari dokter karena dikhawatirkan dapat menyebabkan efek samping yang membahayakan (misalnya dosis yang berubah menjadi sangat tinggi apabila kita mengonsumsi salah satu jenis antihistamin berbarengan dengan dekongestan, parasetamol, atau jenis antihistamin lainnya).
Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis saat menggunakan suatu jenis obat antihistamin, segera temui dokter.
4. salah satu contoh AH adalah ranitidin
BalasHapusPemberian ranitidin bersama dengan warfarin dapat meningkatkan atau menurunkan waktu protrombin.
Saya akan menjawab pertanyaan no. 7. Terkait obat antihistamin mana yang paling baik untuk digunakan, maka hal ini dikembalikan ke kondisi pasien. Untuk AH 1 terdiri dari dua generasi dimana obat-obat generasi 1 memiliki efek sedatif yang lebih kuat dibandingkan dengan generasi kedua. Untuk obat-obat AH2 lebih kepada menghambat sekresi asam lambung sedangkan untuk obat-obatan AH3 dan AH4 belum digunakan dalam dunia klinis.
BalasHapusno 3:Peringatan dan Kontraindikasi: Antihistamin yang menyebabkan kantuk mempunyai aktivitas antimuskarinik yang nyata dan harus digunakan dengan hati-hati pada hipertrofi prostat, retensi urin, pasien dengan risiko galukoma sudut sempit, obstruksi pyloroduodenal, penyakit hati dan epilepsi. Dosis mungkin perlu diturunkan pada gangguan ginjal. Anak dan lansia lebih mudah mendapat efek samping. Penggunaan pada anak di bawah 2 tahun tidak dianjurkan kecuali atas petunjuk dokter dan tidak boleh digunakan pada neonatus. Banyak antihistamin harus dihindari pada porfiria, meskipun beberapa (misalnya klorfenamin dan setirizin) diperkirakan aman.
BalasHapus10. AH dimetabolisme di ahti dengan enzim cytochrome P450.
BalasHapus12. AH tidak boleh dikonsumsi dengan alkohol, karena dapat memunculkan efek toksik.
BalasHapusya saya setuju dan juga dapat menyebabkan efek sedasi yang meningkat
Hapus7. Antihistamin generasi ketiga. Kadar antihistamin generasi ketiga ini dalam plasma mempunyai batas keamanan yang lebih baik, sehingga dapat digunakan secara luas seperti pada rinitis alergika, urtikaria dan kemungkinan untuk asma.
BalasHapus8. Mekanisme kerja obat antihistamin dalam menghilangkan gejala-gejala alergi berlangsung melalui kompetisi dengan menghambat histamin berikatan dengan reseptor H1 atau H2 di organ sasaran. Histamin yang kadarnya tinggi akan memunculkan lebih banyak reseptor H1. Reseptor yang baru tersebut akan diisi oleh antihistamin.
BalasHapusPeristiwa molekular ini akan mencegah untuk
sementara timbulnya reaksi alergi.
13. Penggunaan AH dapat dihentikan jika gejala-gejala alergi sudah hilang.
BalasHapusjawaban no 15. sebaik ny ibu hamil jgn mengomsusi obat dg sembarangan karena akan membuat efek yg tidak diingin kan .. akan ber akibat fatal pada bayi yg dikandung nya atau akan bayi yg dilahirkan akan cacat
BalasHapusUntuk prtanyaan no 2 saya rasa smua obat sama ya nisa, akan dihentikan jika penyakit sudah sembuh. Dan trgantung anjuran dri dokter yg bersangkutan ya...
BalasHapusUntuk prtanyaan no 2 saya rasa smua obat sama ya nisa, akan dihentikan jika penyakit sudah sembuh. Dan trgantung anjuran dri dokter yg bersangkutan ya...
BalasHapusPerbedaan reseptor histamin
BalasHapusReseptor H1
Paling banyak berperan dalam alergi namun bisa juga vasodilatasi dan bronkokonstriksi (asma)
Lokasi: Terdapat di otak, bronkus, gastrointestinal tract, genitourinary system, sistem kardiovaskuler, adrenal medula, sel endotelial
Reseptor H2
Berlokasi di sel parietal lambung yang berperan dalam sekresi asam lambung
Reseptor H3
Terdapat di sistem syaraf, mengatur produksi dan pelepasan histamin pada susunan saraf pusat.
Tidak seperti antagonis H1 yang menimbulkan efek sedatif, antagonis H3 menyebabkan efek stimulant dan nootropic dan sedang diteliti sebagai obat Alzheimer
Saya ingin menjawab pertanyaan nomor 6, yaitu Senyawa penuntun atau lead compound adlah struktur senyawa yang memiliki aktivitas biologis dapat berupa efek terapetik, toksik, atau regulator fisiologik, yang tentu saja memiliki sasaran target yang dipilih dengan mekanisme tertentu. Dijelaskan bahwa tidak hanya efek terapetik saja atau untuk pengobatan saja, tapi yang memiliki efek toksik juga dapat dijadikan sebagai senyawa penuntun. Mudah saja, senyawa yang memiliki efek toksik tersebut, dimodifikasi sedemikian rupa hingga akhirnya memiliki aktivitas yang kita inginkan, sesungguhnya kita juga sudah mengetahui perbedaan obat dengan zat toksik, pada dosis tertentu suatu zat toksik dapat dijadikan sebagai obat.
BalasHapusno 6
BalasHapusH1 :reseptor yang berperan dalamtimbulnya energi.
H2 :reseptor H2 berperan dalam efek histamin terhadap sekresicairan lambung, perangsangan jantung serta relaksasi uterus .
H3 :sebagai depresan dan memperlemah kemampuan kognitif.
no 6
BalasHapusBerdasarkan hambatan pada reseptor khas, antihistamin di bagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Antagonis H1, di gunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi. Antagonis H1 sering pula disebut antihistamin klasik yaitu senyawa dalam keadaan rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang mengandung resptor H1. Biasa digunakan untuk mengurangi gejala alergi karena cuaca misalnya bersin, gatal pada mata, hidung dan tenggorokan. Gejala pada alergi kulit, seperti urtikaria dermatitis pruritik dan ekzem.
2. Antagonis H2 digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobatan penderita tukak lambung. Antagonis H2 merupakan senyawa yang menghambat secara bersaing interaksi histamin dengan reseptor H2 sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung. Biasa digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan usus. Efek samping antagonis H2 antara lain : diare, nyeri otot dan kegelisahan.
3. Antagonis H3, sampai sekarang belum digunakan untuk pengobatan, masih dalam penelitian lebih lanjut dan kemungkinan berguna dalam pengaturan sistem kardiovaskular, pengobatan alergi, dan kelainan mental.
saya akan menjawab pertanyaan no 10, antihistamin banyak dimetabolisme di hati dan ginjal
BalasHapusuntuk jawaban nomor 6. ah1 digunakan untuk mengatasi reaksi alergi, ah2 digunakan untuk menurunkan asam lambung, sedangkan ah 3 digunakan untuk mengatasi kardiovaskuler dan kelainan mental
BalasHapusSaya akan mencoba menjawab permasalah nomor 6 perbedaannya adalah
BalasHapusAH 1: Obat anti histamin H1 biasanya berkompetisi (bersifat kompetitif) dengan histamin untuk mengikat reseptor, untuk meringankan reaksi alergi seperti rhinitis dan urtikaria.
AH 2: mengikat reseptor H2 pada membran sel parietal dan mencegah histamin menstimulasi sekresi asam lambung.
AH 3: Terdapat di sistem syaraf, mengatur produksi dan pelepasan histamin pada susunan saraf pusat.Tidak seperti antagonis H1 yang menimbulkan efek sedatif, antagonis H3 menyebabkan efek stimulant dan nootropic dan sedang diteliti sebagai obat Alzheimer
Selain h1,h2,h3 ada jg h4 dimana
AH 4: Dijumpai pada sel-sel inflammatory (eusinofil, neutrofil, mononukleosit). diduga terlibat dalam alergi bersinergi dengan reseptor H1. Masih merupakan target baru obat anti inflamasi alergi karena dengan penghambatan reseptor H4 maka dapat mengobati alergi dan asma (sama dengan reseptor H1)
Terimakasih
saya akan menjawab pertanyaan no 2
BalasHapusPengkonsumsian obat antihistamin sudah dapat dihentikan apabila pasien sudah merasa kembali ke kondisi normal dan sehat.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAssalamualaikum... saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 2
BalasHapusPengkonsumsian obat antihistamin sudah dapat dihentikan apabila pasien sudah merasa kembali ke kondisi normal dan sehat.
Stuju, dengan mempertimbangkan efek samping yg akan terjadi
Hapussaya akan menambahkan Reseptor H1
BalasHapusPaling banyak berperan dalam alergi namun bisa juga vasodilatasi dan bronkokonstriksi (asma)
Lokasi: Terdapat di otak, bronkus, gastrointestinal tract, genitourinary system, sistem kardiovaskuler, adrenal medula, sel endotelial.
Reseptor H2
Berlokasi di sel parietal lambung yang berperan dalam sekresi asam lambung
Cara kerjanya adalah dengan mengikat reseptor H2 pada membran sel parietal dan mencegah histamin menstimulasi sekresi asam lambung.
1. dosis penggunaan antihistamin tergantung dari jenis obat yang digunakan dansesuai dengan anjuran dari dokter
BalasHapusselain itu harus mempertimbangkan umur dan kondisi pasien. misalnya apakah pasien sedang hamil
HapusSaya sependapat dengan mereka, karena untuk dosis pengibatannya biasanya perlu penyesuaian berdasarkan umur, berat badan, dan tingkat keparahan penyakit tersebut
Hapuswaktu yg tepat untuk mengentikan konsumsi antihistamin yaitu jika gejala sudah tidak dirasakan lagi
BalasHapussaya akan mencoba menjawab soal no. 8
BalasHapus1. AH2 : Sekresi asam lambung dipengaruhi oleh histamin, gastrin dan asetilkolin. Antagonis H2 menghambat secara langsung kerja histamine pada sekresi asam (efikasi intrinsik) dan menghambat kerja potensiasi histamin pada sekresi asam, yang dirungsang oleh gastrin atau asetilkolin (efikasi potensiasi). Jadi histamin mempunyai efikasi intrinsik dan efikasi potensiasi, sedang gastrin dan asetilkolin hanya mempunyai efikasi potensiasi. Hal ini berarti bahwa hanya yang dapat meningkatkan sekresi asam, sedang gastrin atau asetilkolin hanya meningkatkan sekresi asam karena factor efek potensiasinya dengan histamin
2. AH1 : Antagonis-H1 sering pula disebut antihistamin klasik atau antihistamin-H1, adalah senyawa yang dalam kadar rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang mengandung reseptor H1
3. AH 3: Terdapat di sistem syaraf, mengatur produksi dan pelepasan histamin pada susunan saraf pusat.Tidak seperti antagonis H1 yang menimbulkan efek sedatif, antagonis H3 menyebabkan efek stimulant dan nootropic dan sedang diteliti sebagai obat Alzheimer
dan tambahan untuk AH4
4. AH 4: Dijumpai pada sel-sel inflammatory (eusinofil, neutrofil, mononukleosit). diduga terlibat dalam alergi bersinergi dengan reseptor H1. Masih merupakan target baru obat anti inflamasi alergi karena dengan penghambatan reseptor H4 maka dapat mengobati alergi dan asma (sama dengan reseptor H1)
1. misalnya pada obat Acrivastine,Dosis untuk kelompok usia 12-65 tahun adalah 8 mg sebanyak satu kali sehari. Jika diperlukan, dosis bisa ditingkatkan menjadi tiga kali sehari.
BalasHapusAWALNYA SAYA KIRA APA MBAK, EEE TERNAYTA OBAT YA
BalasHapus