Kamis, 19 Oktober 2017

Kimia Medisinal "ANTIHISTAMIN"

“ANTIHISTAMIN”



Antihistamin merupakan jenis obat yang dapat dipakai untuk mengatasi berbagai macam jenis alergi. Misalnya, alergi pada makanan, serbuk sari serta serangga, alergi kulit, alergi mata dan lainnya. Obat ini hanya bisa mengurangi reaksi yang ditimbulkan oleh alergi. Antihistamin tidak dapat membebaskan Anda dari jeratan alergi yang telah mendarah daging di tubuh.
Antihistamin bekerja dengan cara memblokir zat histamin yang diproduksi tubuh. Sebenarnya zat histamin berfungsi melawan virus atau bakteri yang masuk ke tubuh. Ketika histamin melakukan perlawanan, tubuh akan mengalami peradangan. Namun pada orang yang mengalami alergi, kinerja histamin menjadi kacau karena zat kimia ini tidak lagi bisa membedakan objek yang berbahaya dan objek yang tidak berbahaya bagi tubuh, misalnya debu, bulu binatang, atau makanan. Alhasil, tubuh tetap mengalami peradangan atau reaksi alergi ketika objek tidak berbahaya itu masuk ke tubuh.

Jenis-jenis Antihistamin
Ada dua jenis antihistamin, yaitu antihistamin generasi pertama dan generasi kedua.
o   Antihistamin generasi pertama, jenis ini memiliki efek menenangkan. Ketika diminum, ada efek samping umum yang dirasakan seperti mengantuk, pusing, konstipasi, mulut kering, gangguan dalam berpikir, penglihatan buram dan sulit mengosongkan kandung kemih. yang dapat menyebabkan rasa kantuk setelah digunakan.
Contoh obat antihistamin generasi pertama adalah chlorphenamine, promethazine, ketotifen, alimemazine, cyproheptadine, hydroxyzine, dan clemastine.
o   Antihistamin generasi kedua tidak terlalu menimbulkan rasa kantuk. Jenis ini tidak memiliki efek penenang. Ketika diminum, efek mengantuk tidak akan sebesar obat generasi pertama. Antihistamin generasi kedua memiliki efek samping yang lebih sedikit ketimbang generasi pertama. Efek sampingnya yaitu mulut kering, sakit kepala, hidung kering, dan merasa mual.
Contoh obat antihistamin generasi kedua adalah loratadine, fexofenadine, cetirizine, mizolastine, desloratadine, acrivastine, dan levocetirizine.
Antihistamin adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan kerja histamin dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing pada sisi reseptor H1, H2 dan H3. Efek antihistamin bukan suatu reaksi antigen-antibodi karena tidak dapat menetralkan atau mengubah efek antihistamin yang sudah terjadi. Antihistamin pada umumnya tidak dapat mencegah produksi histamin. Antihistamin bekerja terutama dengan menghambat secara bersaing interaksi histamin dengan reseptor khas.

Berdasarkan hambatan pada reseptor khas, antihistamin di bagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Antagonis H1, di gunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi. Antagonis H1 sering pula disebut antihistamin klasik yaitu senyawa dalam keadaan rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang mengandung resptor H1. Biasa digunakan untuk mengurangi gejala alergi karena cuaca misalnya bersin, gatal pada mata, hidung dan tenggorokan. Gejala pada alergi kulit, seperti urtikaria dermatitis pruritik dan ekzem.
2. Antagonis H2 digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobatan penderita tukak lambung. Antagonis H2 merupakan senyawa yang menghambat secara bersaing interaksi histamin dengan reseptor H2 sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung. Biasa digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan usus. Efek samping antagonis H2 antara lain : diare, nyeri otot dan kegelisahan.
3. Antagonis H3, sampai sekarang belum digunakan untuk pengobatan, masih dalam penelitian lebih lanjut dan kemungkinan berguna dalam pengaturan sistem kardiovaskular, pengobatan alergi, dan kelainan mental.

Penggolongan obat antihistamin menurut struktur kimia :
1. Derivat etanolamin
a. Difendihidramin memunyai daya anti kolinergis dan sedatif yang kuat juga bersifat spasmolitis, antiemetis dan antivertigo(antipusing).
a.a. orfenadrin memiliki daya antikolenergis dan sedtif yang ringan.
a.b. dimenhidrinat digunakan untuk mabuk jalan dan muntah karena hamil.
a.c. klorfenoksamin sebagai obat tambahan pada terapi penyakit parkinson.
b. klemastin memiliki efek antihistamin yang amat kuat mulai bekerja nya cepat (beberapa menit dan bertahan lebih dari 10 jam).
2. Derivat etilendiamin
a. Antazolin efek antihistaminnya tidak terlalu kuat tetapi tidak merangsang selaput lendir sehingga cocok digunakan pada pengobatan gejala-gejala alergis pada mata dan hidung.
a.a tripelenamin
digunakan sebagai krem pada gatal-gatal pada alergi terhadap sinar matahari, sengatan serangga dan lain-lain.
a.b Mepirin
derivat metoksi dari tripilennamin yang digunakan dalam kombinasi dengan feneramin dan fenilpropanolamin terhadap hypiper.
a.c Klemizol
adalah derivat –klor yang hanya digunakan pada salep atau suppositoria antiwasir.
3. Derivat provilamin
a. Feniramin
Memiliki daya kerja antihistamin dan meredakan efek batuk yang cukup baik.
a.a Klorfeneramin
adalah derivat klor dengan daya kerja 10x lebih kuat dan dengan derajat toksisitas yang sama.
a.b Deksklorfeneramin
Adalah bentuk dekltronya 2x lebih kuat dari pada bentuk trasemisnya.
a.c Tripolidin
Adalah derivat dengan rantai sisi pirolidin yang daya kerjanya agak kuat. Mulai kerjanya pesat dan bertahan lama sampai 24jam (tablet retard).
4. Derivat piperazin
a. Siklizin
Mulai kerja cepat dan bertahan 4-6 jam. Digunakan sebagai obat antiemetik dan pencegah mabuk jalan.
a.a Homoklorsiklizin
Adalah derivat klor yang bersifat antiserotonin dan digunakan pada pruritus allerigika (gatal-gatal).
b. Sinarizin
Berkhasiat antipusing dan antiemetis dan sering kali digunakan sebagai obat vertigo, telinga berdesing dan pada mabuk jalan. Mulai kerjanya agak cepat, bertahan selama 6-8 jam dengan efek sedatif ringan.
b.a Flunarizin
sebagai antagonis –kalsium, sifat vasorelaksasinya kuat. Digunakn terhadap vertigo dan sebagai obat pencegah migrain.
c. Oksatomida
Memiliki daya kerja antihistamin, antiserotonin, antileokotrien. Memiliki efek menstabilisasi mast cells, stimulasi nafsu makan.
d. Hidroksizin
Sebagai sedatif dan anksiolitis, vasmolitis serta antikolinergis. Sangat efektif pada urtikaria dan gatal-gatal.
d.a Cetirizin
Menghambat migrasi dari granulosit euosinofil, yang berperan pada reaksi alergi lambat. Digunakan pada urticaria dan rinitis atau konjungtivis.
5. Derivat fenotiazin
a. Prometazin
Digunakan pada vertigo dan sebagai sedativum pada batuk dan sukar tidur, terutama untuk anak-anak.
a.a Oksomemazin
Digunakan untuk obat batuk. Daya kerja dan penggunaan sama seperti prometazin.
b. Isotifendil
Bekerja lebih singkat dari prometazin dengan efek sedatif yang lebih ringan.
6. Derivat trisiklis lainnya
a. Sifroheptadin
Lama kerjanya 4-6 jam, daya antikolinergisnya ringan. Untuk pasien yang nafsu makan kurang dan kurus.
b. Pizotifen
Berkhasiat antihistamin dan antiseroton. Sebagi stimulan nafsu makan, terapi interval migrain dan obat-obat migrain.
b.a Ketotifen
obat ini digunakan sebagi obat pencegah serangan asam.
b.b Kloratadin
Digunakan pada rhinitis dan konjungtivitis alergis juga pada urtikaria kronis.
c. Azelastin
Berdaya antihistamin, antileukotrien dan antiserotonin juga menstanilisir mast cells.

REFERENSI                                    
  1. Deglin,Vallerand.2005.Pedoman Obat Untuk Perawat.jakarta:EGC
  2. FKUI,Bagian Farmakologi.1995.Farmakologi dan Terapi.Edisi 4.Gaya Baru:Jakarta
  3. Kee,Hayes.1996.Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan.Jakarta:EGC

PERTANYAAN
  1. Bagaiman dosis penggunan antihistamin ?
  2. Kapan waktu untuk berhenti mengkonsumsi obat ini?
  3. Sebutkan peringatan dari antihistamin?
  4. Apakah obat antihistamin berinteraksi dengan obat lain.
  5. Apakah boleh obat antihistamin dikombinasi dengan obat lain?
  6. Apa perbedaan reseptor H1,H2,H3?
  7. Jenis antihistamin yang mana yang bagus untuk dikonsumsi?
  8. Bagaimana obat antihistamin bekerja?
  9. Bagaimana efek samping dari obat antihistamin turunan kolamin?
  10.  Dimanakah antihistamin dimetabolisme
  11. Amankah jika digunakan terus menerus?
  12. Apakah berinteraksi dengan makanan/ minuman ? berikan contohnya
  13. kapan waktu yang tepat berhenti mengkonsumsi antihistamin?
  14. Bagaimana bioavailabilitas dari antihistamin?
  15. Apakah aman dikonsumsi dengan wanita menyusui dan ibu hamil ?



60 komentar:

  1. saya akan menjawab pertanyaan no 2
    Pengkonsumsian obat antihistamin sudah dapat dihentikan apabila pasien sudah merasa kembali ke kondisi normal dan sehat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menambahkan jawaban diatas, namun dalam mengkonsumsi obat tersebut harus diawasi apoteker ataupun dokter agar dapat meminimalkan efek smping obat serta menghindari interaksi obat yg trjadii.

      Hapus
  2. hay nisa saya akan menjawan soal nmr 8. Antihistamin bekerja dengan cara menutup reseptor syaraf yang menimbulkan rasa gatal, iritasi saluran pernafasan, bersin, dan produksi lendir (alias ingus). Antihistamin ini ada 3 jenis, yaitu Diphenhydramine, Brompheniramine, dan Chlorpheniramine. Yang paling sering ditemukan di obat bebas di Indonesia adalah golongan klorfeniramin (biasanya dalam bentuk klorfeniramin maleat).
    Antihistamin menghambat efek histamin pada reseptor H1. Tidak menghambat pelepasan histamin, produksi antibodi, atau reaksi antigen antibodi. Kebanyakan antihistamin memiliki sifat antikolinergik dan dapat menyebabkan kostipasi, mata kering, dan penglihatan kabur. Selain itu, banyak antihistamin yang banyak sedasi. Beberapa fenotiazin mempunyai sifat antihistamin yang kuat (hidroksizin dan prometazin).

    BalasHapus
  3. no 7. Antihistamin golongan AH2. Dikarenakan obat ini lebih bekerja secara spesisfik sehingga tidak mempunyai efek sedasi atau mengantuk seperti golongan AH1.

    BalasHapus
  4. saya ingin menambahkan jwban nmr 2, biasanya utk mnghentikan obat ini diberikan dosis bertahap pengurangannya agar tubuh tdk terkejut

    BalasHapus
  5. nmr 3 dr yg saya baca yaitu Peringatan: Bagi wanita hamil atau sedang menyusui, sesuaikan jenis dan dosis antihistamin dengan anjuran dokter.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya ingin menambahkan peringatan:
      -Bagi wanita hamil atau sedang menyusui, sesuaikan jenis dan dosis antihistamin dengan anjuran dokter.
      -Bagi anak-anak, penggunaan tiap-tiap jenis obat antihistamin berbeda-beda dan disesuaikan dengan usia.
      -Harap berhati-hati bagi penderita gangguan ginjal, gangguan hati, tukak lambung, obstruksi usus, infeksi saluran kemih, pembengkakan prostat, dan glaukoma.
      -Apabila Anda diresepkan obat antihistamin golongan pertama, hindari mengonsumsi zat alkohol atau minuman beralkohol karena dapat memperparah efek rasa kantuk.
      -Jangan menggunakan antihistamin bersamaan dengan obat-obatan lainnya termasuk produk herba tanpa petunjuk dari dokter karena dikhawatirkan dapat menyebabkan efek samping yang membahayakan (misalnya dosis yang berubah menjadi sangat tinggi apabila kita mengonsumsi salah satu jenis antihistamin berbarengan dengan dekongestan, parasetamol, atau jenis antihistamin lainnya).
      -Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis saat menggunakan suatu jenis obat antihistamin, segera temui dokter.

      Hapus
    2. sedikit tambahan, antihistamin aman digunakan oleh ibu hamil namun dengan penggunaan yg benar dan dosis sesuai aturan

      Hapus
  6. nmr 4 yaitu astemizol dgn ketokonazol (dan turunan azol lain), eritromisin (dan makrolid lain), kuinidin.

    BalasHapus
  7. nmr 5 tentu saja bole jika tidak ada interaksi satu sama lain, sebaiknya di diskusikan kpd dokter

    BalasHapus
  8. nmr 11 aman atau tidak nya suatu obat mnrt saya trgantung fisik seseorg

    BalasHapus
  9. nmr 13 mnrt saya utk mnghentikan obat ini sebaiknya bs lngsg di hentikan jika sudah hilang alerginya

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya, saya setuju dengan ana karena penggunaan antihistamin tidak digunakan sampai obat habis seperti antibiotik. Apabila gejala sudah hilang, maka penggunaan AH dapat dihentikan

      Hapus
    2. ya, saya juga sependapat dengan kakak-kakak, dimana jika pasien telah sembuh sebaiknya penggunaan obat antihistamin segera dihentikan

      Hapus
  10. nmr 15 mnrt saya sebaiknya jgn di gunakan utk ibu hamil atau menyusui krn dpt mmberika efek smping kpd janin atau bayi

    BalasHapus
  11. Tubuh kita memiliki zat kimia bernama histamin. Ketika ada zat-zat berbahaya seperti virus atau bakteri masuk ke dalam tubuh, histamin akan muncul dan bereaksi melawan zat tersebut. Perlawanan histamin melawan zat berbahaya ini bisa membuat tubuh mengalami peradangan atau inflamasi.


    Namun, jika Anda memiliki alergi, histamin tidak bisa membedakan mana zat berbahaya dan tidak. Hasilnya, ketika ada zat tidak berbahaya seperti makanan, debu, atau serbuk sari, tubuh tetap mengalami peradangan atau reaksi alergi. Beberapa contoh reaksi alergi yang terjadi seperti kulit gatal, memerah dan membengkak, pilek, bersin-bersin, mata bengkak dan lainnya.

    Obat antihistamin bisa menghentikan histamin dalam memengaruhi sel tubuh untuk mengeluarkan reaksi alergi tersebut.

    Biasanya, antihistamin jenis tablet dapat mulai bekerja dalam waktu setengah jam setelah diminum. Anda bisa merasakan efeknya secara maksimal setelah 1 – 2 jam dari waktu pengonsumsian.

    Jika Anda memiliki alergi pada serbuk sari dari tumbuhan, ada baiknya mengonsumsi antihistamin secara rutin pada musim tumbuhnya tanaman tersebut. Cara ini lebih efektif ketimbang mengonsumsinya sesekali.

    BalasHapus
  12. Hay annisa
    Saya akn mncoba mnjawab prntyaan no 9 efek samping utama turunan kolamin adalah mengantuk, namun dapat juga menyebabkan mual, muntah dan mulut kering

    BalasHapus
  13. Assalamualaikum nissa,saya akan coba menjawab pertanyaan nmbr 1. untuk dosis antihistamin tergantung obat antihistamin apa yang digunakan, karena setiap jenis obat antihistamin memiliki dosis yang berbeda-beda. 
    minsalnya penggunaan Nama obat antihistamin 
    Dosis
    Acrivastine Dosis untuk kelompok usia 12-65 tahun adalah 8 mg sebanyak satu kali sehari. Jika diperlukan, dosis bisa ditingkatkan menjadi tiga kali sehari.

    Azatadine Dosis untuk dewasa adalah 1-2 mg sebanyak dua hingga tiga kali sehari. Dosis untuk anak usia 12 tahun ke atas adalah 0,5-1 mg sebanyak dua kali sehari. Dokter akan memberi dosis untuk anak usia 4-12 tahun sesuai berat badan masing-masing pasien.

    BalasHapus
  14. Hai annisa, berikut jawaban dari saya untuk no 3
    peringatan 
    • Bagi wanita hamil atau sedang menyusui, sesuaikan jenis dan dosis antihistamin dengan anjuran dokter.
    • Bagi anak-anak, penggunaan tiap-tiap jenis obat antihistamin berbeda-beda dan disesuaikan dengan usia.
    • Harap berhati-hati bagi penderita gangguan ginjal, gangguan hati, tukak lambung, obstruksi usus, infeksi saluran kemih, pembengkakan prostat, dan glaukoma.
    • Apabila Anda diresepkan obat antihistamin golongan pertama, hindari mengonsumsi zat alkohol atau minuman beralkohol karena dapat memperparah efek rasa kantuk.
    • Jangan menggunakan antihistamin bersamaan dengan obat-obatan lainnya termasuk produk herba tanpa petunjuk dari dokter karena dikhawatirkan dapat menyebabkan efek samping yang membahayakan (misalnya dosis yang berubah menjadi sangat tinggi apabila kita mengonsumsi salah satu jenis antihistamin berbarengan dengan dekongestan, parasetamol, atau jenis antihistamin lainnya).
    • Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis saat menggunakan suatu jenis obat antihistamin, segera temui dokter.

    BalasHapus
  15. Hai annisa, berikut jawaban dari saya untuk no 3
    peringatan 
    • Bagi wanita hamil atau sedang menyusui, sesuaikan jenis dan dosis antihistamin dengan anjuran dokter.
    • Bagi anak-anak, penggunaan tiap-tiap jenis obat antihistamin berbeda-beda dan disesuaikan dengan usia.
    • Harap berhati-hati bagi penderita gangguan ginjal, gangguan hati, tukak lambung, obstruksi usus, infeksi saluran kemih, pembengkakan prostat, dan glaukoma.
    • Apabila Anda diresepkan obat antihistamin golongan pertama, hindari mengonsumsi zat alkohol atau minuman beralkohol karena dapat memperparah efek rasa kantuk.
    • Jangan menggunakan antihistamin bersamaan dengan obat-obatan lainnya termasuk produk herba tanpa petunjuk dari dokter karena dikhawatirkan dapat menyebabkan efek samping yang membahayakan (misalnya dosis yang berubah menjadi sangat tinggi apabila kita mengonsumsi salah satu jenis antihistamin berbarengan dengan dekongestan, parasetamol, atau jenis antihistamin lainnya).
    • Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis saat menggunakan suatu jenis obat antihistamin, segera temui dokter.

    BalasHapus
  16. saya akan menjawab no 9 efek samping utama turunan kolamin adalah mengantuk,namun dapat juga menyebabkan mual muntah dan mulut kering

    BalasHapus
  17. Saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 2
    11, menurut saya obat anti histamin ini tidak aman bila dikonsumSi terus menerus karena menurut literatur yang saya baca pemakaian beberapa antihistamin dalam jangka waktu lama akan meningkatkan aktivitas enzim mikrosoma hati, hal ini mengakibatkan peningkatan metabolisme antihistamin dan obat-obat lain yang di makan bersama-sama

    BalasHapus
  18. assalamualaikum, annisa. saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 6. menurut artikel yang saya baca:
    reseptor H1 adalah reseptor yang berperan dalamtimbulnya energi.
    reseptor H2: reseptor H2 berperan dalam efek histamin terhadap sekresicairan lambung, perangsangan jantung serta relaksasi uterus tikus dan bronkus domba. beberapa jaringan seperti otot polos, pembuluh darah mempunyaikedua reseptor yaitu H1 dan H2.
    reseptor H3: reseptor H3 memiliki khasiat sebagai depresan dan memperlemah kemampuan kognitif.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya akan menambahkan jawaban no 6


      1. Antagonis Reseptor Histamin H1
      Secara klinis digunakan untuk mengobati alergi. Contoh obatnya adalah: difenhidramina, loratadina, desloratadina, meclizine, quetiapine (khasiat antihistamin merupakan efek samping dari obat antipsikotik ini), dan prometazina.

      2. Antagonis Reseptor Histamin H2
      Reseptor histamin H2 ditemukan di sel-sel parietal. Kinerjanya adalah meningkatkan sekresi asam lambung. Dengan demikian antagonis reseptor H2 (antihistamin H2) dapat digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung, serta dapat pula dimanfaatkan untuk menangani peptic ulcer dan penyakit refluks gastroesofagus. Contoh obatnya adalah simetidina, famotidina, ranitidina, nizatidina, roxatidina, dan lafutidina.

      3. Antagonis Reseptor Histamin H3
      Antagonis H3 memiliki khasiat sebagai stimulan dan memperkuat kemampuan kognitif. Penggunaannya sedang diteliti untuk mengobati penyakit Alzheimer's, dan schizophrenia. Contoh obatnya adalah ciproxifan, dan clobenpropit.

      4. Antagonis Reseptor Histamin H4
      Memiliki khasiat imunomodulator, sedang diteliti khasiatnya sebagai antiinflamasi dan analgesik. Contohnya adalah tioperamida.
      Beberapa obat lainnya juga memiliki khasiat antihistamin. Contohnya adalah obat antidepresan trisiklik dan antipsikotik. Prometazina adalah obat yang awalnya ditujukan sebagai antipsikotik, namun kini digunakan sebagai antihistamin.
      Senyawa-senyawa lain seperti cromoglicate dan nedocromil, mampu mencegah penglepasan histamin dengan cara menstabilkan sel mast, sehingga mencegah degranulasinya.

      Hapus
  19. Hai annisa
    Terkait pertanyaan no 1, antihistamin memiliki dosis yang berbeda tergantung penggunaannya.
    Misalnya untuk obat yang banyak beredar d masyarakat yaitu Cetirizine memiliki Dosis untuk anak usia 12 tahun ke atas sampai dewasa (serta lansia yang tidak memiliki masalah pada ginjal) adalah 10 mg sebanyak satu kali sehari. Sedangkan dosis untuk anak usia 6-12 tahun adalah 5 mg sebanyak dua kali sehari.

    BalasHapus
  20. saya akan mencobamenjawab pertanyaan no 4,
    Obat-obat simpatomimetik (dekongestan, antidepresan trisiklik, penekan nafsu makan, dan psikostimulan sejenis amfetamin) atau penghambat monoamin oksidase: meningkatkan tekanan darah. Bretilium, betanidin, guanetidin, debrisokuin, metildopa, dan obat-obat penghambat adrenergik beta dan alfa: menurunkan efek kerja obat-obat tersebut. Antibakteri furazolidon: menyebabkan penghambatan monoamin oksidase yang tergantung dari dosisnya, meningkatkan risiko terjadi krisis hipertensi. Penggunaan bersamaan dengan alkohol atau obat sedatif lainnya yang bekerja pada susunan saraf pusat: harus dihindari.

    BalasHapus
  21. Pertanyaan no.6
    Histamin memegang peran utama pada proses peradangan dan pada sistem daya tangkis. Kerjanya berlangsung pada 3 jenis reseptor, yakni reseptor-H1, -H2, dan H3. Reseptor H1 secara selektif diblok oleh antihistaminika (H1-blockers), reseptor-H2 oleh penghambat asam lambung (H2-blockers), dan reseptor-H3 memegang peranan penting pada regulasi tonus syaraf simpatikus.

    Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

    BalasHapus
  22. Saya akan menjawab pertanyaan nomor 10
    Antihistamin di metabolisme di hati

    BalasHapus
  23. 3. Peringatan:
    Bagi wanita hamil atau sedang menyusui, sesuaikan jenis dan dosis antihistamin dengan anjuran dokter.
    Bagi anak-anak, penggunaan tiap-tiap jenis obat antihistamin berbeda-beda dan disesuaikan dengan usia.
    Harap berhati-hati bagi penderita gangguan ginjal, gangguan hati, tukak lambung, obstruksi usus, infeksi saluran kemih, pembengkakan prostat, dan glaukoma.
    Apabila Anda diresepkan obat antihistamin golongan pertama, hindari mengonsumsi zat alkohol atau minuman beralkohol karena dapat memperparah efek rasa kantuk.
    Jangan menggunakan antihistamin bersamaan dengan obat-obatan lainnya termasuk produk herba tanpa petunjuk dari dokter karena dikhawatirkan dapat menyebabkan efek samping yang membahayakan (misalnya dosis yang berubah menjadi sangat tinggi apabila kita mengonsumsi salah satu jenis antihistamin berbarengan dengan dekongestan, parasetamol, atau jenis antihistamin lainnya).
    Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis saat menggunakan suatu jenis obat antihistamin, segera temui dokter.

    BalasHapus
  24. 4. salah satu contoh AH adalah ranitidin
    Pemberian ranitidin bersama dengan warfarin dapat meningkatkan atau menurunkan waktu protrombin.

    BalasHapus
  25. Saya akan menjawab pertanyaan no. 7. Terkait obat antihistamin mana yang paling baik untuk digunakan, maka hal ini dikembalikan ke kondisi pasien. Untuk AH 1 terdiri dari dua generasi dimana obat-obat generasi 1 memiliki efek sedatif yang lebih kuat dibandingkan dengan generasi kedua. Untuk obat-obat AH2 lebih kepada menghambat sekresi asam lambung sedangkan untuk obat-obatan AH3 dan AH4 belum digunakan dalam dunia klinis.

    BalasHapus
  26. no 3:Peringatan dan Kontraindikasi: Antihistamin yang menyebabkan kantuk mempunyai aktivitas antimuskarinik yang nyata dan harus digunakan dengan hati-hati pada hipertrofi prostat, retensi urin, pasien dengan risiko galukoma sudut sempit, obstruksi pyloroduodenal, penyakit hati dan epilepsi. Dosis mungkin perlu diturunkan pada gangguan ginjal. Anak dan lansia lebih mudah mendapat efek samping. Penggunaan pada anak di bawah 2 tahun tidak dianjurkan kecuali atas petunjuk dokter dan tidak boleh digunakan pada neonatus. Banyak antihistamin harus dihindari pada porfiria, meskipun beberapa (misalnya klorfenamin dan setirizin) diperkirakan aman.

    BalasHapus
  27. 10. AH dimetabolisme di ahti dengan enzim cytochrome P450.

    BalasHapus
  28. 12. AH tidak boleh dikonsumsi dengan alkohol, karena dapat memunculkan efek toksik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya saya setuju dan juga dapat menyebabkan efek sedasi yang meningkat

      Hapus
  29. 7. Antihistamin generasi ketiga. Kadar antihistamin generasi ketiga ini dalam plasma mempunyai batas keamanan yang lebih baik, sehingga dapat digunakan secara luas seperti pada rinitis alergika, urtikaria dan kemungkinan untuk asma.

    BalasHapus
  30. 8. Mekanisme kerja obat antihistamin dalam menghilangkan gejala-gejala alergi berlangsung melalui kompetisi dengan menghambat histamin berikatan dengan reseptor H1 atau H2 di organ sasaran. Histamin yang kadarnya tinggi akan memunculkan lebih banyak reseptor H1. Reseptor yang baru tersebut akan diisi oleh antihistamin.
    Peristiwa molekular ini akan mencegah untuk
    sementara timbulnya reaksi alergi.

    BalasHapus
  31. 13. Penggunaan AH dapat dihentikan jika gejala-gejala alergi sudah hilang.

    BalasHapus
  32. jawaban no 15. sebaik ny ibu hamil jgn mengomsusi obat dg sembarangan karena akan membuat efek yg tidak diingin kan .. akan ber akibat fatal pada bayi yg dikandung nya atau akan bayi yg dilahirkan akan cacat

    BalasHapus
  33. Untuk prtanyaan no 2 saya rasa smua obat sama ya nisa, akan dihentikan jika penyakit sudah sembuh. Dan trgantung anjuran dri dokter yg bersangkutan ya...

    BalasHapus
  34. Untuk prtanyaan no 2 saya rasa smua obat sama ya nisa, akan dihentikan jika penyakit sudah sembuh. Dan trgantung anjuran dri dokter yg bersangkutan ya...

    BalasHapus
  35. Perbedaan reseptor histamin
    Reseptor H1
    Paling banyak berperan dalam alergi namun bisa juga vasodilatasi dan bronkokonstriksi (asma)
    Lokasi: Terdapat di otak, bronkus, gastrointestinal tract, genitourinary system, sistem kardiovaskuler, adrenal medula, sel endotelial

    Reseptor H2
    Berlokasi di sel parietal lambung yang berperan dalam sekresi asam lambung

    Reseptor H3
    Terdapat di sistem syaraf, mengatur produksi dan pelepasan histamin pada susunan saraf pusat.
    Tidak seperti antagonis H1 yang menimbulkan efek sedatif, antagonis H3 menyebabkan efek stimulant dan nootropic dan sedang diteliti sebagai obat Alzheimer

    BalasHapus
  36. Saya ingin menjawab pertanyaan nomor 6, yaitu Senyawa penuntun atau lead compound adlah struktur senyawa yang memiliki aktivitas biologis dapat berupa efek terapetik, toksik, atau regulator fisiologik, yang tentu saja memiliki sasaran target yang dipilih dengan mekanisme tertentu. Dijelaskan bahwa tidak hanya efek terapetik saja atau untuk pengobatan saja, tapi yang memiliki efek toksik juga dapat dijadikan sebagai senyawa penuntun. Mudah saja, senyawa yang memiliki efek toksik tersebut, dimodifikasi sedemikian rupa hingga akhirnya memiliki aktivitas yang kita inginkan, sesungguhnya kita juga sudah mengetahui perbedaan obat dengan zat toksik, pada dosis tertentu suatu zat toksik dapat dijadikan sebagai obat.

    BalasHapus
  37. no 6
    H1 :reseptor yang berperan dalamtimbulnya energi.
    H2 :reseptor H2 berperan dalam efek histamin terhadap sekresicairan lambung, perangsangan jantung serta relaksasi uterus .
    H3 :sebagai depresan dan memperlemah kemampuan kognitif.

    BalasHapus
  38. no 6
    Berdasarkan hambatan pada reseptor khas, antihistamin di bagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
    1. Antagonis H1, di gunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi. Antagonis H1 sering pula disebut antihistamin klasik yaitu senyawa dalam keadaan rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang mengandung resptor H1. Biasa digunakan untuk mengurangi gejala alergi karena cuaca misalnya bersin, gatal pada mata, hidung dan tenggorokan. Gejala pada alergi kulit, seperti urtikaria dermatitis pruritik dan ekzem.
    2. Antagonis H2 digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobatan penderita tukak lambung. Antagonis H2 merupakan senyawa yang menghambat secara bersaing interaksi histamin dengan reseptor H2 sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung. Biasa digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan usus. Efek samping antagonis H2 antara lain : diare, nyeri otot dan kegelisahan.
    3. Antagonis H3, sampai sekarang belum digunakan untuk pengobatan, masih dalam penelitian lebih lanjut dan kemungkinan berguna dalam pengaturan sistem kardiovaskular, pengobatan alergi, dan kelainan mental.

    BalasHapus
  39. saya akan menjawab pertanyaan no 10, antihistamin banyak dimetabolisme di hati dan ginjal

    BalasHapus
  40. untuk jawaban nomor 6. ah1 digunakan untuk mengatasi reaksi alergi, ah2 digunakan untuk menurunkan asam lambung, sedangkan ah 3 digunakan untuk mengatasi kardiovaskuler dan kelainan mental

    BalasHapus
  41. Saya akan mencoba menjawab permasalah nomor 6 perbedaannya adalah
    AH 1: Obat anti histamin H1 biasanya berkompetisi (bersifat kompetitif) dengan histamin untuk mengikat reseptor, untuk meringankan reaksi alergi seperti rhinitis dan urtikaria.
    AH 2: mengikat reseptor H2 pada membran sel parietal dan mencegah histamin menstimulasi sekresi asam lambung.
    AH 3: Terdapat di sistem syaraf, mengatur produksi dan pelepasan histamin pada susunan saraf pusat.Tidak seperti antagonis H1 yang menimbulkan efek sedatif, antagonis H3 menyebabkan efek stimulant dan nootropic dan sedang diteliti sebagai obat Alzheimer
    Selain h1,h2,h3 ada jg h4 dimana
    AH 4: Dijumpai pada sel-sel inflammatory (eusinofil, neutrofil, mononukleosit). diduga terlibat dalam alergi bersinergi dengan reseptor H1. Masih merupakan target baru obat anti inflamasi alergi karena dengan penghambatan reseptor H4 maka dapat mengobati alergi dan asma (sama dengan reseptor H1)
    Terimakasih

    BalasHapus
  42. saya akan menjawab pertanyaan no 2
    Pengkonsumsian obat antihistamin sudah dapat dihentikan apabila pasien sudah merasa kembali ke kondisi normal dan sehat.

    BalasHapus
  43. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  44. Assalamualaikum... saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 2
    Pengkonsumsian obat antihistamin sudah dapat dihentikan apabila pasien sudah merasa kembali ke kondisi normal dan sehat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Stuju, dengan mempertimbangkan efek samping yg akan terjadi

      Hapus
  45. saya akan menambahkan Reseptor H1
    Paling banyak berperan dalam alergi namun bisa juga vasodilatasi dan bronkokonstriksi (asma)
    Lokasi: Terdapat di otak, bronkus, gastrointestinal tract, genitourinary system, sistem kardiovaskuler, adrenal medula, sel endotelial.

    Reseptor H2
    Berlokasi di sel parietal lambung yang berperan dalam sekresi asam lambung
    Cara kerjanya adalah dengan mengikat reseptor H2 pada membran sel parietal dan mencegah histamin menstimulasi sekresi asam lambung.

    BalasHapus
  46. 1. dosis penggunaan antihistamin tergantung dari jenis obat yang digunakan dansesuai dengan anjuran dari dokter

    BalasHapus
    Balasan
    1. selain itu harus mempertimbangkan umur dan kondisi pasien. misalnya apakah pasien sedang hamil

      Hapus
    2. Saya sependapat dengan mereka, karena untuk dosis pengibatannya biasanya perlu penyesuaian berdasarkan umur, berat badan, dan tingkat keparahan penyakit tersebut

      Hapus
  47. waktu yg tepat untuk mengentikan konsumsi antihistamin yaitu jika gejala sudah tidak dirasakan lagi

    BalasHapus
  48. saya akan mencoba menjawab soal no. 8
    1. AH2 : Sekresi asam lambung dipengaruhi oleh histamin, gastrin dan asetilkolin. Antagonis H2 menghambat secara langsung kerja histamine pada sekresi asam (efikasi intrinsik) dan menghambat kerja potensiasi histamin pada sekresi asam, yang dirungsang oleh gastrin atau asetilkolin (efikasi potensiasi). Jadi histamin mempunyai efikasi intrinsik dan efikasi potensiasi, sedang gastrin dan asetilkolin hanya mempunyai efikasi potensiasi. Hal ini berarti bahwa hanya yang dapat meningkatkan sekresi asam, sedang gastrin atau asetilkolin hanya meningkatkan sekresi asam karena factor efek potensiasinya dengan histamin
    2. AH1 : Antagonis-H1 sering pula disebut antihistamin klasik atau antihistamin-H1, adalah senyawa yang dalam kadar rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang mengandung reseptor H1
    3. AH 3: Terdapat di sistem syaraf, mengatur produksi dan pelepasan histamin pada susunan saraf pusat.Tidak seperti antagonis H1 yang menimbulkan efek sedatif, antagonis H3 menyebabkan efek stimulant dan nootropic dan sedang diteliti sebagai obat Alzheimer
    dan tambahan untuk AH4
    4. AH 4: Dijumpai pada sel-sel inflammatory (eusinofil, neutrofil, mononukleosit). diduga terlibat dalam alergi bersinergi dengan reseptor H1. Masih merupakan target baru obat anti inflamasi alergi karena dengan penghambatan reseptor H4 maka dapat mengobati alergi dan asma (sama dengan reseptor H1)

    BalasHapus
  49. 1. misalnya pada obat Acrivastine,Dosis untuk kelompok usia 12-65 tahun adalah 8 mg sebanyak satu kali sehari. Jika diperlukan, dosis bisa ditingkatkan menjadi tiga kali sehari.

    BalasHapus
  50. AWALNYA SAYA KIRA APA MBAK, EEE TERNAYTA OBAT YA

    BalasHapus

Rindu

Setiap pagi aku terbangun ku melihat keluar jendela yang tampak hanyalah jalan sunyi..... Dan setiap pagi itu pula aku merindukan mu